hos_hermanto@yahoo.com

hos_hermanto@yahoo.com

Selasa, 16 Desember 2008

KOMBINASI DHA DAN MOZART SELAMA HAMIL UNTUK MENCERDASKAN JANIN

Dr Hermanto TJ dr Sp OG K
Rabu 17 Desember 2008


Dalam berbagai pertemuan baik yang diselenggarakan oleh Dep Kesehatan maupun organisasi profesi, ada beberapa hal yang menurut kami tidak sesuai dengan temuan-temuan yang terbaru. Hal ini seperti pemakaian kain merah pada laga matador dan banteng, seperti disebutkan oleh Jaya Suprana (pakar Kelirumologi) bahwa ternyata banteng itu matanya buta warna.

Pertama adalah pandangan yang menganggap janin belum merupakan individu tersendiri, namun bukti –bukti menunjukkan bahwa janin mampu belajar, beradaptasi, bertahan hidup, merasa, berkomunikasi, tersenyum, menguap, cekugan, tidur, bangun, bergerak. Pada pertemuan PIT KFM Maret 2008 di Jakarta, ditunjukkan oleh Prof Asim Kurjak tentang bayi yang “bunuh diri” dan mengalami “Cerebral palsy” dalam kandungan.. Jadi mestinya janin dianggap sebagai individu tersendiri yang mempunyai hak – sejak dalam kandungan . Dan salah satu hak yang belum diberikan adalah hak untuk mendapat yang terbaik selama kehamilannya – 5 T saja tidak cukup, harus diperkaya dengan DHA dan Musik terutama Mozart dan diajak omong-omong atau dibacakan ayat suci Qur’an.

Hak lain yang belum diberikan adalah saat lahir, mestinya harus diperiksa 3 komponen kesehatan menurut kriteria WHO yaitu sehat fisik, sehat mental dan sosial. Selama in hanya dilakukan pemeriksaan fisik saja yaitu Apgar score (nangis atau tidak, reflek, warna kulit dsb) atau resusitasi menurut Katwinkel (NRP) dan ada tidaknya cacat fisik. Padahal bukti-bukti menunjukkan bahwa pembentukan kepribadian dan kecerdasan terjadi sejak dalam kandungan, juga penerimaan ibu dan keluarga terhadap kehadirannya berpengaruh terhadap kesehatan sosialnya. Mestinya pemeriksaan terhadap bayi baru lahir meliputi 3 komponen kesehatan menurut WHO.

Pandangan bahwa kehamilan dan persalinan merupakan masa yang membahayakan memang ada benarnya untuk sebagian kecil calon ibu, sedangkan sebagian besar populasi ibu hamil akan mengalami peristiwa yang normal-normal saja. Mestinya kehamilan dan persalinan dianggap sebagai peristiwa natural dengan sebagian kecil medikal, dan dirayakan sebagai ulang tahun ke 0, karena akan dirayakaan 1 tahun lagi pada tanggal yang sama.

Periode emas pertumbuhan anak adalah 2 tahun atau 1 tahun pertama setelah lahir. Hal ini kurang sesuai dengan temuan (Gilbert dkk dan juga Tom Bouchard) yang menyatakan bahwa jumlah sel otak bayi baru lahir tidak bertambah (bahkan dikatakan sejak 8 bulan kehamilan), setelah lahir yang bertambah adalah sinapsnya bukan jumlah sel otaknya. Mestinya periode emas pertumbuhan otak adalah satu setalh lahir ditambah 280 hari dalam kandungan

Hal lain yang kami usulkan adalah hak untuk mendapatkan kasih sayang ibu termasuk ASI selama satu tahun penuh , maksudnya saya mengusulkan cuti melahirkan adalah satu tahun penuh. Hal ini sesuai dengan pandangan bahwa periode emas pertumbuhan anak adalah 2 tahun pertama – yang secara kedokteran adalah masa puncak pertumbuhan sinaps. Kalau lingkungan selama pertumbuhan sinapas ini kurang diperkaya sesuai potensi tumbuhanya, maka peristiwa ini merupakan pengabaian hak bayi. Di sini peran pengasuh (baby sitter, mbok) bisa sangat sangat besar, dan kalau ibunya sendiri yang menjadi pengasuh tentunya hasilnya akan berbeda

Secara rinci, temuan-temuan tsb ada di blog ini juga, mohon dibaca, mudah-mudahan bermanfaat. Slogan/ moto De Kes : Rakyat Sehat Negara Kuat mestinya ditambah dengan Rakyat Cerdas Negara Maju

Selasa, 09 Desember 2008

TEMUAN-TEMUAN YANG MENGUBAH PANDANGAN TERHADAP KEHAMILAN

Dr Hermanto TJ dr Sp OG K*

· Dokter spesialis Obs Gin Konsultan Kedokteran Fetomaternal, Peminat Upaya Memperkaya Lingkungan Bayi Sejak dalam Kandungan – Satu upaya untuk memberikan hak kepada bayi yang TIDAK/belum diberikan sejak dalam kandungan

Pendahuluan

Selama ini periksa hamil dilakukan untuk menyiapkan persalinan (9 bulan ke depan), supaya ibu dan anak sehat dan kalau bisa tidak operasi sesar. Kalau di institusi pemerintah disebut sebagai 5 T (timbang berat badan, ukur tekanan darah, ukur tinggi fundus uteri, pemberian tablet besi dan imunisasi tetatus). Saat bayi lahir semua berharap cemas, sehat atau tidak, ibunya ada komplikasi atau tidak dsb.

Namun temuan akhir-akhir ini yang menggunung berbicara hal yang sebaliknya misalnya ternyata sebagian besar kasus kehamilan dan persalinan berakhir dengan baik, komplikasi terjadi hanya pada beberapa kasus, kehamilan dianggap sebagai kejadian “natural” bukan “medical”, persalinan di rumah atau dalam air makin meningkat, kelahiran bayi ditanggapi sebagai ulang tahun ke 0 (tiup lilin, nyanyikan lagu selamat ulang tahun) dsb

Pada tulisan ini kami akan memaparkan beberapa temuan yang luar biasa yang semestinya membuat kita mengubah pandangan mengenai kehamilan atau minimal, berpikir sedikit berbeda. Semoga terinspirasi.


Temuan Sharman dan Flaxman

Temuan ini cukup menarik dan kuat karena penelitiannya menyangkut 79000 wanita hamil muda yang mengalami NVP (mual dn muntah saat hamil muda). Ditemukan bahwa bila keluhannya bertambah berat, angka kejadian abortus dan janin mati lebih sedkit, dan puncak dari keluhan mual dan muntah adalah saat pembentukan organ yang maksimal. Beliau menjelaskan bahwa mual dan muntah yang dialami ibu hamil muda merupakan mekanisme proteksi janin terhadap dirinya sendiri. Hal ini dapat dianggap pada dasarnya, bayi dalam rahim (janin) sudah dapat melakukan mekanisme pertahanan untuk hidup. Temuan ini memperkuat pesan dari video “Silent Scream” yang diproduksi oleh aktivis “Pro Life”- kelompok anti aborsi


Temuan Kurjak dan Nijhuis

Kedua pakar ini peneliti “Fetal Behavior”, yang secara singkat menjelaskan bahwa janin dalam rahim sudah mempunyai kemampuan yang luar biasa sehingga patut dianggap sebagai satu individu tersendiri. Kemampuan tsb misalnya bertahan hidup, belajar, mengingat, tersenyum, menguap, cegukan dsb .Asim Kurjak juga dikenal sebagai pendiri organisasi “Fetus as Patient”


Temuan Marion Diamond

Temuan yang menonjol adalah bahwa otak Einstein mempunyai jumlah sel glia lebih banyak dibanding manusia biasa. Dan otak mempunyai kemampuan yang luar biasa untuk dibentuk oleh pengalaman atau rangsangan dari luar (brain plasticity)


Temuan Rauscher dkk

Temuan Rauscher dkk mengenai pengaruh temporer komposisi Mozart terhadap “spatio-temporal reasoning” menimbulkan pertanyaan bagaimana pengaruhnya terhadap otak yang sedang tumbuh. Mozart merupakan komponis genius yang telah membuat 626 lagu, namun yang kaya dengan frekuensi 3000- 800 Hz, minim nada minor, dan dimainkan dengan biola bersama hanya sekitar 11 sampai 14 lagu saja. Temuan ini ditindaklanjuti oleh Mark Bodner dengan membandingkan fMRI orang barat dewasa saat mendengarkan komposisi krya Mozart, Bethoven dan lagu pop, yang menghasilkan temuan bahwa saat mendengarkan lagu karya Mozart, otak secara keseluruhan lebih aktif (global fashion) dibanding mendengarkan lagu lain


Temuan Glen Doman

Glen Doman menemukan bahwa anak yang terbelakangpun bisa diajar membaca dan matematika bila diajar secara tepat dan periode yang tepat. Saat ini metodenya diaplikasikan pada anak-anak sehat usia dini (Head Start), yang merupakan salah satu bukti nyata plastisitas otak


Temuan Gilbert dkk

Gilbert dkk yang dikonfirmasi dengan beberapa penelitian sesudahnya, menemukan bahwa jumlah sel otak kita saat lahir tidak bertambah banyak sehingga jumlah sel otak kita waktu lahir lebih banyak dibanding waktu lahir. Selama ini, yang dianggap sebagai periode emas pertumbuhan otak (1 – 2 tahun pertama) ternyata adalah peningkatan maksimal jumlah sinaps bukan jumlah sel otak. Sehingga seharusnya periode emas pertumbuhan otak adalah 1 tahun pertama dan periode platinumnya adalah 280 hari dalam rahim.


Temuan Barker

Teori “Fetal Origin Hypothesis” dari David Barker merupakan bukti nyata pentingnya peran kehamilan dalam kehidupan manusia. Barker secara epidemiologis menemukan bahwa bayi yang lahir dengan pertumbuhan terhambat (IUGR) lebih mudah terkena penyakit diabetes, hipertensi dan kardiovaskuler- yang dia temukan di Negara maju maupun Negara berkembang. Kemudian diteliti di binatang coba- didapatkan hasil yang sama. Disimpulkan bahwa terdapat periode kritis selama hamil, yang apabila terdapat gangguan atau “insult”, dapat menyebabkan janin melakukan adaptasi di tingkat seluler yang akan terbawa terus seumur hidup. Temuan Barker ini menyadarkan kita bahwa periksa kehamilan ternyata bukan untuk menyiapkan persalinan/ kelahiran (9 bulan saja) namun sampai 90 tahun ke depan


Temuan Tom Bouchard

Laporan penelitian Tom Bouchard mengenai kembar monosigotik yang terpisah sejak lahir menjelaskan bahwa peran genetic/ INTRAUTERIN lebih dominan terhadap perkembangan ciri-ciri kepribadian yang diteliti dibanding pengaruh pola asuhan tahun-tahun pertama kehidupan. Satu penelitian yang mengubah teori psikologi yang selama ini ada, yang juga memperjelas posisi peran “Nurture” terhadap peran “Nature”. Selama ini dipahami bahwa ciri kepribadian seseorang sangat tergantung pada pola asuhan lima tahun pertama kehidupannya. Temuan ini juga menyadarkan kita bahwa bayi baru lahir seharusnya juga diperiksa aspek sehat sosial dan mentalnya di samping aspek fisik


Temuan Brent Logan

Brent Logan mendapatkan bahwa suara yang dipaparkan pada janin dalam kandungan menyebabkan anak yang ditelitinya (termasuk cucunya sendiri) menjadi lebih cerdas. Metodenya disebut sebagai “cardiac curriculum” yang telah dijual untuk umum dengan merek “ Baby plus”. Secara seluler Logan menjelaskan bahwa suara yang berubah-ubah secara bertahap yang diterima janin dapat merupakan awal proses belajar, dan suara yang diterima janin diperkirakan berdampak pada berkurangnya apoptosis (kematian sel terprogram) sel otak janin. Sehingga saat lahir , bayi yang ipapar Bayplus mempunyai sel otak lebih banyak yang berdampak pada peningkatan kecerdasan

Babyplus ini telah dijual secara komersial selama 25 tahun lebih dengan hasil yang bisa dibaca dibuku beliau “Learning Before Birth”


Temuan mengenai pengaruh DHA

Begitu banyak penelitian yang menyatakan bahwa DHA ternyata sangat diperlukan dalam pembentukan sel otak dan mata. Sehingga semestinya suplemen DHA pada wanita hamil tidak dapat dihindari lagi. DHA diperkirakan dapat mengurangi jumlah sel yang mengalami kematian sel yang terprogram (apoptosis), meningkatkan jumlah sinaps dan memperluas permukaan sel otak.

Dari temuan-temuan di atas, kami mencoba melakukan serangkaian penelitian mengenai Pengaruh Urutan Komposisi karya Mozart terhadap kecerdasan. Asumsi penelitian adalah bahwa kecerdasan tergantung jumlah sel, jumlah sinaps dan rasio sel glia terhadap sel neuron otak dan dibentuk sejak dalam kandungan bukan hanya setelah lahir. Dan ke 3 hal tsb dipengaruhi oleh pemberian DHA dan Mozart selama hamil, Kombinasi DHA dan Mozart akan meningkatkan pengaruh “nurture” dan mengurangi pengaruh “nature” dalam kecerdasan. Penelitian dimulai pada binatang (tikus dan kambing) dan selanjutnya pada manusia. Penelitian-penelitain tsb dapat dibaca di hos-hermanto.blogspot.com

Dampak dari temuan-temuan di atas:

Semestinya janin dianggap sebagai individu tersendiri yang mempunyai hak yang harus diberikan dan dihormati. SALAH SATU HAK YANG BELUM DIBERIKAN ADALAH PENGAKYAAN LINGKUNGAN SELAMA HAMIL

Mestinya periksa kehamilan dianggap sebagai menyiapkan satu generasi baru (90 tahun) bukan menyiapkan persalinan saja (9 bulan)

Antenatal care bukan hanya 5 T namun disertai DHA dan Mozart

Semestinya kelahiran seorang bayi dianggap lebih sebagai peristiwa “natural” di samping “medical” dan dirayakan (dianggap sebagai ulangtahun ke 0)

Semestinya definisi sehat untuk orang dewasa juga diberlakukan untuk bayi baru lahir

Rabu, 03 Desember 2008

SOLUSI CERDAS UNTUK KEHAMILAN/ PERSALINAN YANG NYAMAN, AMAN DAN MENCERDASKAN ?



Dr. Hermanto T J dr. SpOG - K

Kemajuan bangsa sangat tergantung pada pendidikan dimana salah satu kebutuhan dasarnya adalah kecerdasan. Kecerdasan selama ini disikapi sebagai sesuatu yang tunggal, tergantung keturunan dan bisa ditingkatkan dengan stimulasi setelah kelahiran. Namun temuan-temuan mutakhir menunjukkan hal-hal yang berbeda utamanya adalah: jendela peluang untuk memperoleh bayi yang cerdas adalah sejak kehamilan bukan setelah lahir, pengaruh genetik dapat diperkecil dengan stimulasi nutrisi - musik yang tepat, dan struktur otak dibentuk oleh rangsangan yang masuk. Kecerdasan secara sederhana bisa disamakan dengan jumlah sel otak (neuron dan glia), rasio jumlah glia/neuron, jumlah dendrite – sinaps. Diketahui bahwa jumlah sel otak tidak bertambah sejak kelahiran, sesudah lahir yang bertambah adalah percabangan (dendrite)nya. Hal ini berakibat bahwa semua upaya pengkayaan lingkungan selama hamil ditujukan untuk menghasilkan jumlah sel yang lebih banyak yang bisa dicapai dengan rangsangan musik dan nutrisi DHA di samping 4 sehat 5 sempurna.


Namun tentunya kecerdasan tidak hanya disiapkan sejak dalam kandungan namun juga membutuhkan lingkungan yang merangsangnya setelah kelahiran yang tentunya lebih mudah secara teknis dan lebih bervariasi. Sehingga dibutuhkan kerjasama dengan pihak-pihak terkait misalnya ahli psikologi/dokter spesialis kesehatan jiwa perkembangan, dokter spesialis anak dan ahli fisioterapi.


Meskipun paradigma ini relatif masih baru namun temuan-temuan dan penelitian yang dilakukan selama ini sangat mendukung paradigma baru ini. Setidaknya stimulasi dan nutrisi yang dipaparkan secara baik dan benar terbukti tidak menimbulkan penyulit-penyulit yang ditakutkan seperti kematian janin dan pertumbuhan janin terhambat.


Dengan sendirinya upaya untuk mencerdaskan janin merupakan bagian integral dari pemeriksaan kehamilan yang bertujuan mendapatkan bayi yang sehat dan cerdas. Sehat di sini hendaknya mengacu pada definisi WHO yaitu tidak hanya bebas dari catat fisik namun juga secar mental dan social- satu batasan yang seringkali hanya diaplikasikn untuk orang dewasa saja.



MENGAPA PENGKAYAAN DIBERIKAN JUSTRU SAAT KEHAMILAN BUKAN SESUDAH LAHIR?


Ternyata begitu banyak bukti yang menyatakan bahwa jendela peluang untuk keberhasilan pengkayaan lingkungan yang mencerdaskan adalah sejak hamil misalnya berhentinya proliferasi sel neuron sejak minggu ke 32, perbedaan otak anak-anak dan dewasa adalah pada jumlah dendrite bukan jumlah sel, sinaptogenesis dan apoptosis dimulai saat hamil 20 minggu



Lagu karya Mozart kaya dengan frekuensi 5000-8000 Hz, sedikit nada minor, sederhana namun sangat rumit, membentuk nada yang harmonis sempurna, diterima otak secara menyeluruh (global fashion)- oleh sebab yang belum diketahui, dan mengurangi kematian terprogram (apoptosis) sel otak (neuron).


MENGAPA DHA?

DHA merupakan lemak tidak jenuh yang diperlukan dalam pembentukan dinding sel otak. Penelitian menunjukkan bahwa DHA dapat meningkatkan luas permukaan sel, meningkatkan jumlah dendrite/ satuan luas dan mengurangi jumlah apoptosis. Kombinasi paparan musik karya Mozart dan DHA secara sinergis akan meningkatkan jumlah sel otak bayi baru lahir sampai lebih dari 4 % (jumlah sel neuron waktu lahir sekitar 100 milyar) yang pada gilirannya akan meningkatkan potensi kecerdasan.




KONSTELASI MODEL MENCERDASKAN JANIN DALAM ANDUNGAN DENGAN MUSIK KARYA MOZART DAN DHA (Hermanto TJ, 2001)



TEHNIK MENCERDASKAN
JANIN DENGAN DHA DAN MOZART






PASTIKAN IBU MENIKMATI KEHAMILANNYA/ TIDAK CEMAS


BERIKAN DHA


LIMA M 1 U yang artinya adalah sebagai berikut:


M ozart


M alam hari (antara jam 20.00 sampai 23.00)


M inggu ke 20 kehamilan (mulai 5 bulan)



M enempel (loudspeaker walkman diletakkan di perut ibu, yang mendengarkan hanya janin dalam kandungan bukan ibunya)

ena M puluh menit sehari sudah mencukupi – bukan 24 jam



U rutan lagu Mozart (11 sampai 14 lagu) yang benar


Senin, 01 Desember 2008

1. Pastikan ibu hamil menikmati kehamilannya
2. Berikan DHA
3. 5 m 1 U

Minggu, 30 November 2008

COMPARISON OF APOPTOTIC INDEX OF OFFSPRING RAT’S BRAIN CELLS BETWEEN EXPOSED GROUP BY MOZART COMPOSITIONS SINCE EARLY PREGNANCY & TEN DAY OF PREGNANCY

Hermanto, Widjiati, Ernawati, 2008


OBJECTIVE

Comparing apoptotic index of offspring Rat’s brain cells which being exposed with Mozart compositions since early pregnancy, ten day of pregnancy and no exposure

METHOD

Experimental analytic study with double blind randomized controlled trial on the Rattus novergicus’ fetuses. Independent variables were Mozart compostions exposed since early pregnancy (Group 1), 10 day of pregnancy (group 2) and no exposure during pregnancy (control group); each groups consisted of 15 fetus. We sacrificed the offsrpings immediately after deliveris with chloroform. We picked up the brains, made the histological slides and buried the remain tissues. We used TUNEL method (Terminal Deoxynucleotidyl transferase-mediated deoxy-UTP nick end labeling) and counted the apoptotic indexes and the results calculated with statistical test.

RESULTS

There were significant different of apoptotic index between control group (mean 13,4 ± 4,32) and the exposed groups (group 1: mean 7,67 ± 2,26 and group 2: mean 9,20 ± 2,21). There were 30-40% decreased. But there were no significant different between group 1 and group 2.

CONCLUSION :

The apoptotic index of the exposed groups were significantly lower than control group but there are no significant different between group 1 and group 2. In human clinical settings, this study showed us that the Mozart exposure can be started at 20 week of pregnancy, no need exposure from early pregnancy

KEY WORDS :

Apototic index, Mozart songs, Rattus Novergicus, pregnancy.

Minggu, 06 Januari 2008

Comparison of Apoptotic Index of Offsprings’ Rat (Mus musculus) Brain Cells Exposed to 3 Different Sequences of Mozart Compositions Exposed During Pre

Hermanto, Widjiati, Ismudi 2007

Abstract
Aims: to compare the Apoptotic Index of Offsprings rat brain cells exposed to 3 different sequences of Mozart compositions
Methode: Experimental study, double blind randomized study. Intervention group, consisted of 4-5 months healthy female Mus musculus chosen randomly and divided into two groups, first with musical exposure and the other as the control group. The intervention group divided into 3 subgroups according to the sequences of Mozart compositions. Superovulations were performed by administering 5 IU PGMSG injection, followed by HcG 5 IU 48 hours later and then breeded monomatingly. During pregnancy, 3 different sequences of Mozart compositions were used as independent variable which were used in the night, at the same time, duration and volume. After delivery, the offsprings were ‘sacrificed’ by chloroform, and their brain cells of the two groups were prepared by TUNEL (Terminal Deoxynucleotidyl transferase-mediated deoxy-UTP nick end labeling)- developed by Gavrielli et al, to detect DNA fragment. The apoptotic cells were analyzed in 1000x magnifying microscope and the index were analyzed by Mann Whitney in SPSS 11. Settings. The study conducted at Dr Soetomo General Hospital and Veterinary Hospital Surabaya after ethical clearance and conducted on May 2007 – August 2007

Results: There were no dead fetus, no congenital major malformations and low birth weights in all groups. The heaviest birthweight and headweight achieved by the 1st sequence. Apoptotic index exposed to the first sequence was 8,22 ± 0,97, the second sequence was 9,44 ± 1,24, the third sequence was 9,56 ± 1,42 and nonexposed/ control was 18 ± 1,22. These differences were statistically significant either between exposed and nonexposed group and also between sub groups. (p=0,042 and p=0028), but not between the second and the third group
Conclusions: Different sequences of Mozart compositions showed different apoptotic index. The 1st sequence gave the lowest apoptotic index compared with other group.

Keywords: Mus musculus, offspring brain cells, apoptotic index, Mozart compositions sequences
Keywords: 3 sequences of Mozart compositions, Apoptotic Index, Offsprings Mus musculus brain cells

Comparison of Apoptotic Index and Number of Pyramidal Cells of Offsprings’s Rat (Mus musculus) Brain Cells between Exposed and Non exposed Group to DH

Hermanto, Widjiati, Maksum 2006

Abstract
Aims:
The main purpose of this experimental study was to compare the apoptotic index and number of the offspring’s Mus musculus brain pyramidal neurons between Intervention and non Intervention group to docosahexaenoic acid (DHA) during pregnancy.

Methode:
Experimental study, double blind randomized controlled study. Intervention group were given 20 mg DHA per oral, once daily, in the morning at the same time during early pregnancy until deliver the fetus. After delivery, for both groups, the offsprings were sacrificed by decapitation and the brain’s pyramidal cells were prepared by double staining with EMX 1 and TUNEL method to measure apoptotic index and number pyramidal neurons. The study conducted at Veterinary Hospital Airlangga University Surabaya after ethical clearence. Laboratory staining were done at Biomedic SOM Brawijaya University Malang.

Results:
We found that the apoptotic index (2,15 ± 1,19) in Intervention group much lower than (6,77 ± 2,92) in control group. The number of pyramidal neurons (149,69 ± 34,53) in Intervention group much higher than (101,50 ± 26,14), in control group. According to statistical test the different were significant with p = 0,000. Another interesting finding was that the male offsprings had lower apoptotic index compare with the female rat

Conclusions:
The apoptotic index of the Intervention group was significantly lower than non Intervention group and the number pyramidal neurons of the Intervention group was significantly increase compare with the non Intervention group.

Key Word:
Mus musculus, pyramidal neuron, apoptotic index, DHA, pregnancy

Apoptotic Index of Rattus novergicus Offsprings Brain’ Cells. Randomized Double Blind Trial Between Exposed and Nonexposed Group to Mozart Composition

Hermanto, Widjiati, Rizarina 2005
Abstract
Aims: The main purposes of this experimental study was to compare the apoptotic index of the offsprings’s rat brain cells between exposed and nonexposed group to the Mozart compositions during pregnancy.

Methode: Experimental study, double blind randomized study. Intervention group, consisted of 4-5 3 months healthy female Rattus novergicus. chosen randomly and divided into two groups, first with musical exposure and the other as the control group. Superovulations were performed by administering 5 IU PGMSG injection, followed by HcG 5 IU 48 hours later and then breeded monomatingly. During pregnancy, eleven Mozart compositions were used as independent variable and exposed in the night, at the same time, duration and volume. After delivery, the offsprings were ‘sacrificed’ by chloroform, and their brain cells for both groups were prepared by TUNEL (Terminal Deoxynucleotidyl transferase-mediated deoxy-UTP nick end labeling) method-developed by Gavrielli et al, to detect DNA fragment. The apoptotic cells were analyzed in 1000 x magnifying microscope and the index were analyzed by Mann Whitney in SPSS 11. Settings. The study conducted at Dr Soetomo General Hospital and Veterinary Hospital Surabaya after ethical clearance. For TUNEL preparation performed in Malang. The study conducted on November 2004 to February 2005

Results:
Each group consisted of 10 rats, treated monomatingly to get pregnant (2 pregnancy in intervention group and 3 in control group) resulted in 12 and 18 offsprings respectively and 11 chosen in each group to be prepared. No significant different in gestational age (22-23 days) and offsprings weights (15 – 18 g) between two groups; though the heaviest birth and head weights were in the exposed group. Apoptotic index in intervention group were 2 (5) and 3(6) and in control group 6(1), 7(3), 8(5) and 9(2) with median 3 and 8 and p 0,000 (significant). By Spearman correlation test we found rho = -,887 in - p 0,000, a significant correlation between apoptotic index and the intervention.

Conclusions:
The apoptotic index of exposed group was significantly lower than the non exposed group. This study confirmed and proved the effect of Mozart compositions during pregnancy in decreasing the apoptotic index of rat brain cells that might also occur to the human brain.

Keywords:
Rattus novergicus, offspring’s brain cells, Mozart compositions during pregnancy, apoptotic index.

The Comparison of Fetal Biophysical Profile Changes Due to Mozart K265 Compositions Exposed by Day and Night

Hermanto, Agus S, Indra P 2005

Abstract
Aims: The purpose of this study was to compare the fetal biophysical profile (fBPP) changes due to WA Mozart K265 compositions exposed to the singleton term pregnant women by day and night.

Methode:
It was a pre and post-test design, each group consisted of 12 term low risk pregnancies from outpatient clinic Dr Soetomo General Hospital, November – December 2005, after signed informed consent and ethical clearance. The fetal heart rate(FHR) baseline, frequency and duration of the FHR acceleration, fetal breathing movement, fetal movement, M mode and Doppler velocimetry (Pulsatility and Resistancy index) of the umbilical artery recorded before and after K265 exposure. The loudspeakers placed abdominally, volume were set 3 on the panel (heard only by the fetus not the mother), the fetal FBP recorded by Hitachi EUB 515A USG scanner and, cardiotocography by HP series 50 A.

Results:
No fetal distress observed during and after exposure in the day and night. And no significant differences in all variables studied before and after exposure in the night. There were statistically significant differences in frequency, increase and duration of fetal heart accelerations, and the number of fetal movements percepted by mothers in the day. There were significant differences between changes in frequency 1,25±1,06 to -0,42±0,99 and increase of the fetal heart acceleration 7,33±10,00 to -2,46±11,61 between day and night.

Conclusions:
This study showed that the effects Mozart K265 on FBP modulated by diurnal pattern. A more sophisticated study on the effect of musical exposure to the fetal behaviour and brain by functional Magnetic Resonance Imaging and Positron Emition Tomography was proposed in order to have a safe, cheap and rational methode to increase the intelligences of the fetus.

Keywords:
Fetal Biophysical Profile, K265 Mozart compositions, day and night.

The Influence of Mozart K265 Abdominally Exposed to the Biophysical Profile of Term Singleton Fetuses Evaluated by 2 D and “4 D” USG scanning

Hermanto, Agus S, Didi D 2004
Abstract
Aims: To analyze the influence of Mozart K265 exposed abdominally to the biophysical profile of term singleton low risk pregnancies.

Methode:
Experimental study to pregnant women from Dr Soetomo General Hospital outpatient clinic in September 2004. 12 singleton term low risk pregnancies exposed to Mozart K265 after signed informed consent and ethical clearance. The fetal biophysical profile (Cardiotochography, fetal movement, fetal breathing movement, fetal heart M mode, Doppler velocimetry of umbilical artery, and face profile/ mimic: smiling, yawning, palpebra movement) scanned by 2 D and 4 D probe of GE Voluson Expert . The fetal FBP recorded by Hitachi EUB 515A USG scanner and, cardiotocography by HP series 50 A. These dependent variables recorded twice, before and soon after the Mozart K265 exposure.

Result:
No fetal distress observed during and after intervention. Before and after exposure, there were significant changes in fetal heart baseline rate 136,25 + 6,44 and 142,50 + 7,50, fetal heart acceleration 8/4 to 12/0, fetal heart variability 6,5 + 1,73 to 10,0 + 1,21, fetal breathing movement 1/10/1/0 to 0/1/6/5; There were no significant changes in fetal movement 10/2 to 12/0, m Mode 144,00 + 14,31 and 150,25 + 10,59, Doppler Velocimetry umbilical arteries Pulsatility Index 0,82 + 0,12 to 0,86 + 0,09, Resistance Index 0,55 + 0,04 to 0,57 + 0,04 and S/D ratio 2,16 + 0,34 to 2,29 + 0,37, fetal mimic (mostly eyes and mouth closed)

Conclusions:
There were significant changes before and after Mozart K265 exposure in fetal heart rate baseline and acceleration, fetal breathing movement. No significant changes in fetal movement, M mode of fetal heart, Pulsatility Index, Resistance Index and S/D ratio of Umbilical artery Doppler velocimetry, and fetal mimic

Keywords:
Mozart K265, Biophysical Profile, Term Pregnancy, USG 2 D and “4 D”

Sound Attenuation in Pregnant Sheep Measured by Intrauterine Microphone

Hermanto, Komang, Diah, Djamil 2003

Abstract

Aims: To measure the sound attenuation of external sound by the abdominal and uterine wall of pregnant sheep.

Methode: Experimental study, 2 pregnant singleton term healthy sheeps after ethical clearance. Independent variables were external sound in multifrequency and multi intensity, dependent variable was sound intensity measured by intrauterine microphone. In general anaesthesia, the microphone was inserted inside the uterus without breaking the amnionic wall through the abdominal and uterine wall. Basic sound levels were recorded and then external sound exposed and recorded intrauterinely at frequency of 31,5, 63, 125, 250, 500, 1000, 2000, 4000, 6000, 8000 Hz and intensity of 80, 85, 90, 95 and 100 dB respectively. The exposed and intrauterine sound were recorded simultaneously. All data were processed by Soundforce program(@) in Pentium 3 hardisk and the intensities were measured by sound level meter.
Settings: Veterinary Hospital, Faculty of Veterinary Airlangga University Surabaya.

Results: The basic intrauterine sound levels were between 43 – 58 dB at frequencies of 31,5 – 8000 Hz. The external sound in all frequencies were attenuated. The average differences between the intensity of external and recorded sound in two sheeps was 16,757 ±8,07787, which was statistically significance (paired t test). Sound attenuation at frequency of 2000 – 8000 Hz were bigger than frequency < 2000 Hz.

Conclusion: This study showed that the external sounds were attenuated by abdominal and uterine wall at all range of frequencies and intensities. This confirmed the hypothesis that the musical stimulation to the mother- in the next studies, must be placed in the abdominal wall of the mother in order to decrease the attenuation effect.

Keywords: Sound Attenuation, intrauterine microphone, pregnant sheep

The Influence of Various Musical Compositions Exposure During Pregnancy to the Number of Offsprings’ Rattus novergicus Brain Cells (presented at 2nd M

Hermanto, Estoepangestoe ATS, Widjiati. 2002
Abstract

Aims: This study aimed to explore the influence of musical exposure during pregnancy to the number of offsprings’ rat brain cells.

Methode: Experimental study. Twenty four female 4-5 months-aged Rattus novergicus chosen randomly and divided into two groups, first with musical exposure and the other as the control group. The exposed group divided into three subgroups: with Mozart music, with gamelan music and with nDangdut music, each group consisted of 6 rats. Superovulations were performed by administering 5 IU PGMSG injection, followed by HcG 5 IU 48 hours later and then breeded monomatingly. During pregnancy, musical exposure were given 30 minutes each day until delivery: in days 21. After delivery, the offsprings brain cells were prepared, fixed in buffered formaldehyde, stained in silver nitrate and evaluated in 1000 x magnifying microscope.

Result: There were no fetal dead, low birth weight, and malformation in all groups. The number of offsprings’ rat brain cells in the exposed group were significantly increased, compared with the control group, the highest was almost 300% percent. The number of offsprings’ rat brain cells of the Mozart group were 136,9 ± 9,89, Gamelan group 80,58 ± 3,19, nDangdut group 70,79 ± 5,56, while the control group 44,21 ± 11,75; which were statistically significant between two groups and also between the subgroups.(p

Conclusion: Musical exposure to the pregnant Rattus novergicus increased the offsprings’ rat brain cells significantly. The increase of the offsprings’ brain cells was the highest on Mozart music, followed by Gamelan and Dangdut.

Keywords: Pregnant Rattus novergicus, musical exposure; Mozart, Gamelan, Dangdut, offsprings’ rat brain cells